Meski mengabai dia tetap tumbuh di hati
Tak layu dan tak juga mati
Menjadi penghias hati yang gersang
Setiap detak waktu, aku selalu mencari sisi elok sang bunga
Meski hanya mencuri pandang untuk menatapnya
Satu kata untuk menyapanya, dan sedetik untuk bersamanya
Itupun cukup membagi kebahagiaan yang semu
Kusadari bunga itu tak seindah bunga yang lain
Tak seelok bunga yang pernah tumbuh di hatiku dulu
Tak juga menandingi sempurnanya peri hati
Tapi dialah yang teristimewa pemberi kedamaian di taman hati
Ketika dia mulai merekah indah
Aku pun tiba pada masa yang kuyakini
Untuk mencoba memetiknya
Dan kumiliki selamanya
Tapi bagai tertiup angin
Dia begitu jauh dari jangkauanku
Ketika aku mulai mencoba meraihnya
Meski telah semampu dan sepenuh hatiku
Kini aku mulai cemburu pada lebah
Yang datang silih berganti menghisap madunya
Pada kupu-kupu yang bermain-main diantara mahkotanya
Atau pada angin yang mampu menyentuhnya lembut dan membagi kesegaran
Apa daya harapan tak mampu menjadi nyata
Mimpi yang lama aku nanti tak juga mampu tuk terwujud
Seperti telah menjadi naïf bagi si pecundang cinta
Biarlah kini ia tetap tumbuh di taman hati ku
Menebarkan harumnya hingga kesetiap sudut hati
Yang sesekali kunikmati keindahannya
Meski mungkin nanti selamanya tak pernah mampu aku miliki
Jakarta, 7 Januari 2008
Anjar Titoyo
Anjar Titoyo