Riuh menderu ketika langit malam bercurah hujan
Dan angin berhembus lembut membelai
Masih terjaga aku dari kepekatan malam yang mencekam
Mencari penawar hati yang sedang rindu
Layaknya bahagia dia hadir disetiap rasa sepi yang melanda
Membuatku merasa cukup yakin tuk merindunya
Seyakin aku menjalani sisa waktu sejak dia hadir dalam hidupku
Sungguh aku yang sangat ingin dia
Entah seberapa pantas nantinya aku baginya
Dan aku tak peduli
Masih pada malam yang merintihkan hujan
Rasa rindu dihatiku semakin tebal
Gelisah bahkan meluap disetiap bagian otakku
Mengalirkan emosi untuk berani menyapanya
Karena justru itu membuatku terbata
Hanya sebait pesan singkat yang kukirim
Untuk sebuah isyarat hati
Sungguh tak pernah tau seberapa besar aku tersiksa akan rasa
Tentang rindu yang melanda
Tentang gelisah yang mendera
Sungguh aku tak pernah ada dihati itu
Untuk sekedar dikenangnya
Atau menjadi motivasi dalam harinya
Cahaya cinta yang kupancarkan, tak jua mampu menerangi hatinya
Sementara hangatnya cinta, justru tak mampu mencairkan hatimu yang beku
Kini paham tentang artiku baginya
Entah sebodoh apa aku nantinya
Kaulah penghuni tahta tertinggi dihatiku
Jakarta, 12 Mei 2009
Anjar Titoyo