Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, July 11, 2011

AKU DIBOHONGI OLEHNYA...!!!

Entah dari mana aku mulai bercerita. Tapi semua berawal pada 2 minggu lalu ketika dia menerima undangan pernikahan temannya. Aku bisa merasakan dia begitu bahagia, aku lihat dia begitu antusias, senyumnya merekah disana, dan dia begitu ingin untuk menghadiri acara tersebut.

Tapi sayangnya aku bukan bagian dari teman-temannya yang diundang. Hingga akhirnya dia memberikan sebuah undangan kosong tak bernama untukku. Sejujurnya aku masih sama sekali tak tertarik dengan undangan itu dan itu sebabnya aku tak pernah menganggap aku diundang oleh temannya. Jika memang temannya niat mengundang seharusnya dia mengirimkan undangan yang bernama. Bukan sebuah undangan kosong tak bernama, seperti ketua RW mengundang warganya untuk kerja bakti.

Aku tahu dia begitu ingin menghadiri acara tersebut meski dia tak tahu dimana lokasinya. Dan dia ingin sekali bisa hadir bersama teman-teman kami. Itu sebabnya aku bersedia membantunya mencarikan alamat tersebut. Dan keinginannya semakin terpancar kuat ketika beberapa kali dia bertanya padaku "Jar, sudah ketemu belum lokasinya?"

Kamis, 30 Juni 2011 aku memenuhi janjiku. Sepulang kerja jam 3 sore kupacu motorku melintasi kota Jakarta berputar-putar di batas barat kota mencari lokasi yang rencananya untuk acara pernikahan tersebut dan aku benar-benar tak perduli walau saat itu aku sedang puasa. Yang ada dalam fikiranku saat itu adalah aku ingin dia bahagia dan terus tersenyum jauh lebih merekah dibanding saat dia menerima undangan tersebut.

Aku mulai panik ketika waktu sudah menunjukkan pukul 17.15 WIB dan aku masih belum menemukan lokasinya. Aku takut sekali dia akan kecewa. Aku takut sekali jika nanti keinginannya tak terlaksana. Aku takut sekali....

Tapi ketika aku tiba dipenghujung asa, Tuhan tunjukkan kuasaNya, Dia tunjukkan jalanNya. Tepat pukul 17.30 WIB aku berhasil menemukan lokasi tersebut. Semakin menggila saja bahagia dihatiku. Aku tak sabar menyampaikan kabar gembira ini kepadanya.

Lalu saat itu juga kupacu motorku bergegas pulang sambil kubawa sebuah kabar gembira untuknya. Sepanjang perjalanan pulang aku sudah mulai membayangkan ekspresinya jika nanti kuberi kabar tentang ini. Terlintas jelas senyumnya merekah indah. Semakin banyak kilometer yang kulalui wajahnya semakin jelas mewarnai pikiranku. Dan ini pasti akan menjadi kabar terbaik hari ini untuknya.

Pukul 21.00 WIB aku tiba di rumah. Setelah mandi dan sholat, tepat pukul 22.27 WIB aku mengirim SMS untuknya yang isinya mengabarkan tentang hasil survei hari ini. SMS pertama dia tidak membalasnya. SMS kedua dia juga tidak menjawabnya. Besoknya aku kirim chat ke FBnya dan dia tetap diam. Aku mulai bingung dan bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang terjadi. Apakah ada yang salah dari perkataanku. Atau aku sudah membuatnya tersinggung.

Kamis, 7 Juli 2011 tepat seminggu dia mendiamkanku. Aku mendapat kabar dari sahabatku kalau dia pergi ke acara pernikahan itu bersama temannya, bukan bersama teman-teman kami seperti yang awal kita rencanakan dulu. Aku kecewa karena dia bahkan hanya diam saja dan tak memberi tahu langsung kepadaku. Kenapa aku malah tahun dari sahabat kami kalau dia akan pergi bersama temannya bukan kita. Tapi kucoba meredam kekecewaan ini hingga nanti aku klarifikasi kepadanya jika nanti kami bertemu.

Jumat, 8 Juli 2011 aku kerumahnya. Kita bicarakan tentang mekanisme rencana ke acara tersebut. Aku pura-pura sama sekali tidak tahu tentang rencananya untuk tak pergi bersama kami. Sampai akhirnya dia bilang sendiri kalau dia tidak pergi berasama kami. Ketika kutanya "dengan siapa lo akan pergi?", jawabmu "dengan salah seorang dosen kita" dengan dalih menemaninya kaena beliau tidak ada barengannya.

Hari ini Minggu, 10 Juli 2011 tepat dihari pernikahan temannya. Aku dengar dia tidak pergi bersama dosen kita itu, tapi dia pergi bersama salah seorang lelaki yang konon katanya lelakinya. Saat itu aku benar-benar terluka dan kecewa. 10 tahun kita saling kenal dan ini pertama kalinya dia membohongiku. Dan aku benar-benar diperlakukan seperti pecundang hari ini.

Awalnya dia yang mengajakku untuk kita pergi bersama teman-teman kami, tapi entah kenapa dia malah pergi bersama orang lain yang bahkan dia tak bicara jujur kepadaku!!

Hei nona manis dengar, apa diam memang selalu menjadi kebiasaanmu dalam menyelesaikan masalah. Apa kau akan terus lari dari kenyataan nona. Aku hanya ingin kau jujur nona,. Setidaknya walaupun jujur itu menyakitkan tetapi jauh lebih baik dari pada berbohong.

Hari ini kau tidak seperti wanita yang ku kenal 10 tahun belakangan ini. Yang begitu anggun, yang memiliki akhlak mulia, yang selalu berkata jujur, yang selalu lembut bertutur kata, yang selalu sempurna dalam setiap pandanganku. Aku bahkan selama ini selalu belajar darimu tentang akhlak dan nilai-nilai keimanan termasuk juga kejujuran. Tapi sekerang entah apa yang sudah kau perbuat nona. Kau berubah menjadi sosok wanita anggun yang begitu menakutkan.

Nona, mungkin kelak kau harus belajar untuk sedikit lebih peka lagi. Belajarlah memahami perasaan orang. Belajar untuk menghargai upaya orang. Bukan karena aku sudah berkorban banyak untukmu dan lalu menuntut balasmu. Tapi karena aku ingin kau menjadi lebih baik dari saat ini.

Jujur saja kelemahan terbesarmu adalah pada kepekaan hatimu. Kau terlalu cuek pada orang. Hati-hati dnegan sifat cuekmu itu nona karena dengan itu kau punya kemampuan mengecewakan hati seseorang.

Nona, aku tahu aku tak berarti apapun di hatimu, aku bukan siapa-siapa di hatimu. Aku tak hidup ditempat yang teristimewa di hatimu. Aku hanya noda dihatimu.Atau mungkin aku ini sampah dalam kehidupanmu yang selalu kau abaikan!!

Tapi satu hal nona, semua aku lakukan karena aku ingin kau selalu bahagia dan tersenyum....


Jakarta,10 Juli 2011
Anjar Titoyo

Thursday, October 21, 2010

RINDU

Akankah dia tau rinduku yang mendalam kepadanya
Akankah dia tau jiwa ini tersiksa menahan rasa
Oh bidadari, akankah engkau turun dan mendekap hangat rinduku
Mengisi separuh jiwaku yang kosong


Jakarta, 21 Oktober 2010
Wisnu Wicaksono

Tuesday, July 20, 2010

KITA BISA MULAI DARI ANGKE!

Oleh : Anjar Titoyo

Pernahkah kalian tahu dimana kawasan konservasi di Jakarta? Jangan salah, Jakarta juga punya loh. Kawasan konservasi ini bernama Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA). Walaupun tidak seluas Taman Nasional Gunung Halimun Salak, namun masih memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. SMMA merupakan kawasan konservasi yang terkecil di negeri ini. Meski kecil peranannya ternyata cukup penting bagi kehidupan.


Di sini kita masih bisa menjumpai berbagai macam kehidupan, baik flora maupun fauna. Mulai dari monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), berbagai jenis burung endemik, biawak, ular hingga tumbuhan bakau yang beragam. Semuanya berpadu menjadi satu bentuk kawasan ekologis yang tanpa disadari ternyata telah menopang Jakarta, kota yang enggak pernah lepas dari masalah lingkungan.


Tapi sayangnya, meskipun penting banget buat kehidupan, nyatanya masyarakat Jakarta masih belum memahami dan peduli dengan keberadaan SMMA. Kerusakan kian hari kian serius dan mencerminkan kondisi lingkungan Jakarta yang makin parah.


Kerusakan yang paling ekstrem sekali terlihat dari dermaga. Di sana, kita bisa jumpai Kali Angke yang mengalir melintasi SMMA yang berwarna hitam, penuh sampah, dan bau busuknya menyengat. Sampai-sampai sebagian pengunjung bila menghirup baunya akan merasakan mual hingga muntah.


Cobalah mengarungi dan berpetualang di Kali Angke dengan perahu. Kerusakan lingkungan itu ada di depan mata. Sampah dimana-mana, terkadang mengganggu baling-baling perahu.


Di Jakarta ribuan ton sampah mengalir setiap harinya dari sungai-sungai. Akhirnya, lepas kelautan luas hingga ratusan mil di Teluk Jakarta. Lautan sampah juga akan dengan mudah dijumpai di Kepulauan Seribu.


Sampah-sampah yang mengalir ke laut itu membuat ekosistem Teluk Jakarta rusak parah. Para nelayan Jakartalah yang terkena imbasnya. Mereka kini terpaksa mencari ikan jauh hingga ke tengah laut bahkan bisa sampai di luar wilayah Jakarta. Belum lagi hasil tangkapan mereka yang sudah tercemar yang lagi-lagi menurunkan pendapatan mereka.


Pada musim hujan, disaat debit air tinggi, sampah akan terbawa air sungai masuk ke SMMA dan akhirnya nyangkut diantara tanaman bakau. Kalu sudah begitu, biasanya para sukarelawan, aktivis lingkungan hidup dan dibantu masyarakat sekitar mulai menyingsingkan lengan baju.


Tidak jauh dari SMMA, kita akan jumpai pemukiman-pemukiman kumuh disepanjang bantaran kali. Kondisi perekonomian yang serba pas-pasan membuat mereka memanfaatkan langsung air kali untuk kebutuhan sehari-hari. Mengolah ikan, mencuci, mandi bahkan mengkonsumsinya untuk minum dan masak!


Padahal kondisi air kali itu tercemar dan diperparah dengan adanya jajaran WC “helikopter” disepanjang bantaran. Namun, bukan cuma limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai, melainkan juga buangan industri kecil di sekitarnya. Akibatnya, air sungaipun berwarna hitam dengan busa yang menutupi seluruh permukaan sungai.


Masalah lingkungan di Jakarta memang sudah sangat ekstrem. Tapi jangan pernah saling menyalahkan satu sama lain karena itu buah dari kecongkakan dan kesombongan kita sendiri sebagai manusia.


Jangan pula bergantung pada satu elemen masyarakat atau pemerintah saja untuk membenahinya. Ini kewajiban kita bersama sebagai manusia yang berbudi dan berakhlak mulia.


Langkah terbaik yang bisa dilakukan, yaitu tumbuhkan kepedulian pada lingkungan dari tiap individu walau sekecil apapun. Kita memang bisa mulai dari mana saja, tetapi kita tak bisa menundanya hingga esok.


Dari Angke kita bisa berbuat, sebelum semuanya terlanjur musnah!



*) Artikel “Kita Bisa Mulai dari Angke”, diterbitkan di rubrik “Tentang”, Media Indonesia, tanggal 22 Agustus 2007.


link terkait : http://jgm.or.id/v1/2007/09/kita-bisa-mulai-dari-angke/

Sunday, April 25, 2010

YANG TERLAMBAT KU MENGERTI

Semenjak itu aku mengerti

Kesemua yang lama tak kupahami

Kesemua yang begitu lugu tercerna

Kesemua yang begitu tulus hadirkan rasa


Mungkin kini sudah terlambat tuk kupahami

Tapi aku tak ingin terlewat lagi

Hingga akhirnya gelisahku menjelma menjadi ego

Dan khawatirku begitu merajai hati


Mungkin hingga nanti tak juga kau mengerti

Tapi sebisik hatiku memanggilmu

Isyaratkan makna yang kadang kau acuhkan

Membiarkan semua kemudian berlalu tak tersudahi


Kini aku gelisah sendiri

Karena waktu yang semakin tak berpihak

Karena malam yang semakin membisikan resah

Hingga akhirnya egoku merusak perjalanan kita


Tuhan..... Andai dia bisa bersabar sedikit lagi

Aku akan datang membawa apa yang dulu tak tersudahi

Memuliakannya lebih dari sekedar indahnya wanita

Kupertaruhkan semua walau nyawaku yang Engkau pinta


Walau saat ini hanya ketulusan yang ku punya

Tapi amanahMU telah Kau titipkan dihatiku

Maka RidhoMUlah yang kuharap

Untuk setitik keajaiban yang mungkin Kau kehendaki


Jika masih belum terlambat untuk itu

Aku berharap semuanya menjadi mungkin kelak

Agar langkahku tak berakhir penyesalan

Hingga nanti ku mati dipusara hatimu

Jakarta,25 April 2010

Anjar Titoyo

Thursday, April 15, 2010

14 APRIL 2010, SEMOGA KAU MENGERTI...!!!


Semua mungkin berawal dari kebodohanku yang tidak mampu mengerti apa yang terjadi. Atau ketololanku yang terlalu mencerna semua yang terjadi dengan hati. Hingga kini semua menjadi begitu keruh.

Hari itu hatiku benar bergejolak ketika apa yang kudengar dan apa yang kulihat harus terjadi tepat di depanku. Sejujurnya aku begitu terpukul dan kesal. Saat itulah semuanya terasa hancur. Andai saat itu bisa teriak aku ingin teriak sekeras-kerasnya, andai saat itu bisa menangis akupun ingin menangis sejadi-jadinya. Dan andai aku tak perduli persahabatan, saat itu aku sudah pergi jauh meninggalkan semua.

Benar aku marah, sedikitpun dugaanmu tak meleset. Tapi kenapa aku harus marah? Akupun tak tau alasannya. Jika aku bilang kecewa, aku lebih kecewa dengan kebodohanku sendiri. Jika ini karena egoku, lantas apa kabar dengan egomu hari itu? Jadi aku sungguh tak tau kata apa yang pantas untuk semua ini!

Aku mengerti ketika keesokan paginya kata maaf terlontar dari apa yang kau tulis, hingga beberapa kali kata itu terus kembali terulang. Bahkan sampai kau utarakan rasa penyesalanmu akan apa yang terjadi. Tapi sungguh bukan sekedar kata maaf yang kubutuh, tapi bagaimana ada kata yang mampu menjelaskan semuanya. Itu lebih berarti bagiku.

Tapi justru kau bilang aku tak pernah memberimu kesempatan bicara. Hei Nona, bukankah hampir disetiap kesempatan aku selalu bertanya"bicaralah, jika ada yang ingin dibicarakan". Aku bahkan selalu bilang "Aku ada kemanapun dan kapanpun kau butuhkan". Jadi apakah pantas jika kau bilang aku tak pernah memberimu kesempatan bicara? Sementara aku sudah berusaha terbuka untuk segala hal dan memberikan sebanyak waktu yang kau inginkan.

Kini kau malah mengajakku bicara melalui YM. Aku tau maksud baikmu kali ini. Kau ingin menyelesaikan semua masalah yang ada diantara kita. Aku sungguh menghormati dan berterima kasih akan maksud baikmu. Tapi asal kau tau Nona, tidak semua hal bisa dibicarakan melalui tulisan atau media lainnya. Ada hal-hal tertentu yang hanya bisa diselesaikan dengan bicara empat mata (Sepertinya kau harus belajar tentang ini).

Ketika sekali lagi aku bertanya "Apa ada yang mau dibicarakan?", kau bilang "No, setidaknya ga disini ceritanya". Kemudian secara tidak langsung kita sepakat untuk tidak membicarakan ini melalui YM.

Sebenarnya ada event menarik weekend ini yang bisa kita kunjungi. Dan menurutku ini kesempatan yang baik untuk kita bisa saling bicara terbuka menyelesaikan semuanya. Kemudian akupun mengajakmu ke acara tersebut. Tapi apa jawaban yang ku dapat. Kau menolak ajakanku mentah-mentah!!! Bahkan tanpa alasan sedikitpun yang terlontar. Jujur aku kecewa, karena sebenarnya menurutku kesempatan itulah saat ini yang terbaik yang kita miliki untuk bisa menyelesaikan semuanya. Tapi kini semua telah kau mentahkan begitu saja.

Aku telah memberimu banyak kesempatan, dan kau justru bahkan tak pernah memberiku kesempatan. Aku telah ada untukmu kapanpun dan dalam situasi apapun, tapi kau hanya datang padaku disaat kau butuh. Aku telah tumbuh sebagai teman yang mampu menekan setiap emosi tentangmu, dan kau tak pernah tau kan tentang itu?! Atau mungkin tak peduli?!

Sekarang biar aku yang bertanya, apakah ini yang kau sebut adil? Atau karena kau begitu pengecut untuk menyelesaikan semuanya?

Akhirnya malam ini, lagi-lagi karena ego kita pembicaraan ini gagal terselesaikan, Kau selalu bicara dengan logikamu, bahkan tak satupun kata maaf terlontar dari mulutmu malam ini. Justru setan logikamu membalikan semua keadaan. Amarahmu membuat aku yang tolol justru kini merasa bersalah. Dengan besar hati aku memulai meminta maaf, tidak cukup sekali bahkan hingga puluhan kali. Walau toh pada akhirnya pembicaraan ini gagal terselesaikan.

Entah kapan semuanya bisa terselesaikan, kita tak akan pernah tau. Karena kau tak pernah memberiku kesempatan untuk bertemu. Entah apa kelak masih ada kesempatan untuk bisa bersama walau hanya sedetik? Hanya kau yang mampu menjawab itu.

Kau tau.... sungguh kau begitu penting dalam hidupku, meski mungkin kelak cepat atau lambat aku pasti akan kehilangan semua tentangmu. Tapi sungguh aku takut ketika semuanya menjadi terlambat dan waktu tak berpihak lagi pada kita...... Jika semuanya musti terlewat, maka mungkin hanya penyesalan tempat kita bermuara. Apa itu yang kau mau????

Jakarta, 14 April 2010
Anjar Titoyo