Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, January 20, 2010

CARA ALAM MENYAPA PAGI

Seperti pagi ini yang basah karena hujan

Udara pagi berhembus dingin mengusik kulit

Sesekali air menetes dari dahan


Tapi bunga justru berseri menyambutnya

Bahkan bumi menebarkan harum penyapa pagi

Bersambut burung berkicau menyanyikan senandung pagi


Dedaunan yang mulai menghijau

Sebagai tanda telah hadirnya musim semi

Sementara dahannya mulai ditumbuhi buah berwarna cerah

Menanti masaknya yang tersisa beberapa waktu


Sungai-sungai mengalir deras kemuaranya

Menghanyutkan apa saja yang ada padanya

Ikanpun yang semakin elok berenang di dalamnya

Sesekali melompat turut menyapa


Ada kupu-kupu yang asyik mencumbui bunga

Beberapa menari-nari dengan sayap-sayap kecilnya yang anggun

Sementara yang lain lalu lalang terbang diatasnya

Begitu indah, meski tak sebanyak dulu


Beranjak dari tempatnya terlelap

Sang jago turut menyapa pagi dengan perkasa

Lalu pergi untuk mencari makan bagi anak-anaknya

Sementara betina masih asyik mengerami telurnya yang belum juga menetas


Semua hampir sempurna karena mentari memancarkan hangatnya

Sementara perlahan dingin pagipun mulai terganti

Semakin banyak mahluk tamak berlalu lalang

Sebagai tanda pagi segera berganti

Jakarta, 20 Januari 2010

Anjar Titoyo

Monday, January 4, 2010

TIBA-TIBA TERASA RINDU

Dia yang telah lama tak jumpa

Yang begitu lama tak nampak dihadapanku

Kini mendiami disetiap sel dalam hatiku

Bergejolak menjadi rindu yang semakin tak tertahan


Ingin sekali bertemu dengannya lagi

Atau mengulang sejenak moment-moment bersamanya

Agar aku yakin bahwa dia memang indah

Agar aku mengerti bahwa ini memang cinta


Tapi kini aku yang berkawan sepi

Malah bermuara pada kerapuhan diri

Seolah tak mampu bertahan dari pundi-pundi yang kususun sendiri

Yang goyah lalu hancur berkeping-keping


Detik demi detik terasa begitu lamban berlalu

Malam demi malam yang selalu kutunggu justru menyembunyikanmu dari balik gulita

Sementara aku terus menunggu dan mencari

Meski akhirnya selalu aku yang kalah oleh keadaan


Aku menduga ini akan segera terjadi

Tapi aku tak menyangka semuanya berlalu secepat ombak dipantai

Yang datang menghampiriku lalu segera kembali ketengah laut

Sementara buihnya masih tersisa diantara sela-sela kakiku


Kini aku hanya bisa diam dalam sendiriku

Berharap kelak bisa kembali berjumpa dengannya

Entah untuk yang kesekian atau terakhir kalinya

Tapi aku ingin rinduku segera terbayar

Jakarta, 4 Januari 2010

Anjar Titoyo