Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, October 28, 2009

DILEMA CINTA DAN PERSAHABATAN

Malam mengajaku hanyut dalam sunyinya

Yang sebenarnya kurasa gundah di hati

Yang sebenarnya mencabangkan dua dilema

Untuk satu hal yang dulu tak pernah kuakui


Malam kian menghanyutkanku dalam sunyi

Menyentuh sisi hatiku yang rapuh

Sebagaimana yang tak pernah kupahami

Antara rasa cinta dan sahabat


Dalam rapuh dan gundah

Kubaringkan raga diperaduan

Meski sungguh tak mampu aku terpejam

Karena bayangnya mulai meracuni disetiap pikiran dan hatiku


Semakin malam jantungku semakin berdetak kencang

Semakin terpejam semakin jelas bayangnya dimataku

Sungguh logikaku tak mampu lagi menterjemahkan ini

Karena aku tau ini terlarang


Tuhan..... yang aku yakini selama ini dialah sahabat dalam hidupku

Tapi kenapa kini kau tumbuhkan rasa yang jauh dari sekedar sahabat

Mungkinkah ini cinta atau sekedar rasa yang salah kuartikan

Sungguh aku tak berani menduganya


Tuhan.... jika benar ini cinta, aku bahkan tak berani mengakuinya

Karena aku takut menghancurkan persahabatan yang terlanjur indah

Jika pun ini cinta, akupun tak sampai hati mengatakannya

Karena aku tak ingin dia terluka


Tapi jika ini bukan cinta, kenapa rinduku begitu menggebu-gebu ingin berjumpa

Jika ini bukan cinta, kenapa kurasakan rapuh ketika lama tak jumpa

Jika ini bukan cinta, kenapa aku takut jauh darinya

Jika ini bukan cinta, kenapa aku merasakan cemburu

Jika ini bukan cinta, kenapa bisa kurasakan patah hati


Sungguh kini aku tak tau harus bagaimana

Tapi salahkah aku jika aku memilih untuk mencintainya.......?

Jakarta, 28 Oktober 2009

Anjar Titoyo

Saturday, July 4, 2009

ANDAI BISA AKU MEMBENCIMU

Sementara aku terpaku pada kebuntuan hati

Begitu Shock ketika sayup kabar itu berkumandang

Sungguh hanya galau yang ada di hati

Membuat ku ingin mati


Inginnya tak percaya akan semua yang kutahu

Tapi terlanjur larut dalam pikiranku

Hingga cinta mampu menjelma jadi benci

Mendarah daging dalam tubuh yang rapuh


Sekira ku mampu

Ingin ku teriak di hadapmu

Mengungkap semuanya hingga kau menangis

Atau sekedar mengaku atas kebodohanmu sendiri


Dan kini aku hanya bisa pasrah akan waktu yang tak berpihak

Maafkan aku yang telah mengusik rasa nyaman bagimu

Kini biarkan aku jauh

Dan tak kan ada lagi kau dihatiku....

Jakarta, 4 Juli 2009

Anjar Titoyo

Tuesday, May 12, 2009

RINDUKU PADA GADIS PUJAAN

Riuh menderu ketika langit malam bercurah hujan

Dan angin berhembus lembut membelai

Masih terjaga aku dari kepekatan malam yang mencekam

Mencari penawar hati yang sedang rindu


Gadis manis di batas kota ini telah mengusik hatiku yang sempat mati

Layaknya bahagia dia hadir disetiap rasa sepi yang melanda

Membuatku merasa cukup yakin tuk merindunya

Seyakin aku menjalani sisa waktu sejak dia hadir dalam hidupku


Sungguh aku yang sangat memujanya

Sungguh aku yang sangat ingin dia

Entah seberapa pantas nantinya aku baginya

Dan aku tak peduli


Masih pada malam yang merintihkan hujan

Rasa rindu dihatiku semakin tebal

Gelisah bahkan meluap disetiap bagian otakku

Mengalirkan emosi untuk berani menyapanya


Tak sepatah kata aku menyapanya

Karena justru itu membuatku terbata

Hanya sebait pesan singkat yang kukirim

Untuk sebuah isyarat hati


Dan dia gadis pujaan hatiku

Sungguh tak pernah tau seberapa besar aku tersiksa akan rasa

Tentang rindu yang melanda

Tentang gelisah yang mendera


Dan gadis pujaan hatiku

Sungguh aku tak pernah ada dihati itu

Untuk sekedar dikenangnya

Atau menjadi motivasi dalam harinya


Isyarat-isyarat cinta yang selalu kuberikan, tak pernah mampu diterjemahkan olehnya

Cahaya cinta yang kupancarkan, tak jua mampu menerangi hatinya

Sementara hangatnya cinta, justru tak mampu mencairkan hatimu yang beku


Aku yang masih merindunya

Kini paham tentang artiku baginya

Entah sebodoh apa aku nantinya

Kaulah penghuni tahta tertinggi dihatiku

Jakarta, 12 Mei 2009

Anjar Titoyo

Friday, May 8, 2009

JIKA NANTI AKU TAK LAGI ADA UNTUKMU


Inilah aku yang selalu ada untukmu
Pada moment ketika kau sulit untuk melewati semua
Akulah yang menjadi tempat kau gantungkan harap

Aku yang selalu ada untukmu
Memberikan segenap apa yang kubisa
Memberikan setiap hal terbaik untukmu
Lalu tersenyum untuk keberhasilan yang kan kau petik

Kadang kita lewati bersama detik-detik yang begitu indah
Canda dan tawa yang kita bagi adalah ketulusan yang tak habis mengalir
Sering setiap moment berbuah kenangan manis
Hingga berakhir pada rasa yang tumbuh dihati

Aku telah cukup berani mengakui untuk mengahadirkanmu di hati
Lalu kutempatkan pada tahta tertinggi dihatiku
Menjadi mulia karena cinta
Dan teristimewa sejak semua hadir dengan rasa yang berbeda

Tapi akulah yang selalu ada untukmu
Hanya bisa kau tempatkan disisi lain dari hatimu
Bahkan bukan rasa yang terselip dihatimu
Semudah debu yang kau usap lalu hilang dari usang

Ingat pagi itu ketika burung menyanyikan lagu cinta untuk kita
Kenanglah siang itu ketika mentari menyelimuti cinta ini dengan hangat
Dengarlah mereka yang selalu mengira kitalah pasangan serasi
Atau nikmati malam ketika bulan tersenyum melihat kita yang sedang bersanding

Dan waktu tak terasa berlalu cepat
2 tahun sejak terakhir kuungkapkan rasa
Aku masih menunggumu
Bila saja nanti kau ubah hatimu

Mereka bilang aku bodoh
Menanti sesuatu yang tak kunjung pasti
Tapi bagiku kaulah segalanya
Yang justru membuatku jauh lebih kuat walau dengan mimpi-mimpi yang tak pasti

Entah seberapa kau tau
Tapi kadang akulah sepi dalam hiruk pikuk kota
Dan menjadi rapuh ketika sendiri
Hanya untuk menanti hatimu yang luluh

Mereka bilang aku bodoh
Tapi akulah yang selalu ada untukmu
Memberikan hal-hal terbaik yang selalu kau ingin
Meski akhirnya akulah yang selalu terluka

Hingga nanti ketika akhirnya semua dimulai tanpa aku
Tegarlah akan setiap hal yang kau hadapi
Karena tak ada lagi aku tempat kau bersandar
Tak ada lagi aku tempat kau berbagi dalam maki

Dan ketika aku tak ada lagi untukmu,,,,,
Jangan tangisi akan keadaan ini
Karena semua telah terlambat untuk disadari
Heningkanlah sejenak untuk mengantarku pada alam keabadian
Jakarta,8 Mei 2009
Anjar Titoyo